JANJI CINTA
;matahari dan rembulan
Wahai bumi,
Senja yang kau doakan ini
Bukan senja biasa
Ia jingga di hati pualam
Besar dari cinta dan kasih sayang
Kami balut ia dengan iman
Bisakah kau menjadi imam?
Monday, June 22, 2015
JANJI CINTA ;wanita yang menawan
JANJI CINTA
;wanita yang menawan
Aku datang memenuhi janji yang pernah kusematkan
Kupinta pada matahari dan rembulan yang menjagamu
Wahai senja yang menjingga
Dengan akad sepenuh jiwa
Penyempurna setengah agama
Tidak, aku tak kan datang sendirian!
Kubawa pula ayah dan bunda tanda penghormatan
Ini kubuktikan, hatiku ku kan mengimamimu sepanjang jalan
;wanita yang menawan
Aku datang memenuhi janji yang pernah kusematkan
Kupinta pada matahari dan rembulan yang menjagamu
Wahai senja yang menjingga
Dengan akad sepenuh jiwa
Penyempurna setengah agama
Tidak, aku tak kan datang sendirian!
Kubawa pula ayah dan bunda tanda penghormatan
Ini kubuktikan, hatiku ku kan mengimamimu sepanjang jalan
JANJI CINTA; lelaki yang dirindukan
JANJI CINTA
;lelaki yang dirindukan
Engkau mengetuk tepat di pintu hatiku
Sebagaimana waktu dahulu
Kau ucapkan salam dari sanubari pualam
Aku mengangguk kecil dengan senyuman
Kali ini kau ketuk lagi, 3 kali
Masih juga sama hati ini
Tak mungkin ia kuberi leluasa tanpa bukti
Seperti pesan yang pernah kusampaikan pada merpati
Pintaku,
Ketuk pulalah pintu hati ayah bunda dengan ijab yang suci
Buktikan engkau lelaki yang kurindukan di setiap doa hati
Kisaran, 6 Ramadhan 1436 H/23 Juni 2015M
;lelaki yang dirindukan
Engkau mengetuk tepat di pintu hatiku
Sebagaimana waktu dahulu
Kau ucapkan salam dari sanubari pualam
Aku mengangguk kecil dengan senyuman
Kali ini kau ketuk lagi, 3 kali
Masih juga sama hati ini
Tak mungkin ia kuberi leluasa tanpa bukti
Seperti pesan yang pernah kusampaikan pada merpati
Pintaku,
Ketuk pulalah pintu hati ayah bunda dengan ijab yang suci
Buktikan engkau lelaki yang kurindukan di setiap doa hati
Kisaran, 6 Ramadhan 1436 H/23 Juni 2015M
Thursday, June 11, 2015
PENANDA
Sumber gambar: google.com |
Kelak, senja yang selalu terkagumi
Ia akan berubah gelap
Ikhlaskan saja terurai sendiri
Begitulah takdir, tak menetap
Mendekatlah pada si pemilik waktu
Jangan menggerutu
Maka, malam-malam yang terenungi
Biarkan ia menjadi syahdu
Berteman rindu terpatri
Bercengkrama pada tuhan yang satu
Di qiyamulllail penyejuk qalbu
Esok, di setiap jendela yang terbuka
Ada doa pada dhuha
Biarkan saja penentu yang menjaga
Sedekah menjadi penanda
Kisaran, 11 Juni 2015
Wednesday, May 27, 2015
Padamu, Ayah
Ayah
Maafkan aku,
Yang tak pernah paham cintamu, padaku
Meski berulang kali aku cemburu
Berulang kali cintaku remeh padamu
Berulang kali ayah
Berulang kali!
Ayah,
Berulang kali aku tak paham
Entah berjuta air mata yang kau taruh di sakumu
Berapa banyak patahnya tulangmu
Mengasuhku, membesarkanku, bahkan mengurut-urut punggungku
Aku tak paham, ayah.
Tak pernah paham.
Benar-benar tak pernah aku paham, ayah
Cintamu padaku
Kisaran, 27 May 2015
Maafkan aku,
Yang tak pernah paham cintamu, padaku
Meski berulang kali aku cemburu
Berulang kali cintaku remeh padamu
Berulang kali ayah
Berulang kali!
Ayah,
Berulang kali aku tak paham
Entah berjuta air mata yang kau taruh di sakumu
Berapa banyak patahnya tulangmu
Mengasuhku, membesarkanku, bahkan mengurut-urut punggungku
Aku tak paham, ayah.
Tak pernah paham.
Benar-benar tak pernah aku paham, ayah
Cintamu padaku
Kisaran, 27 May 2015
Thursday, May 21, 2015
WASIAT
Alul dan teman2 setelah foto Wisuda di TK ABA 1 Kisaran, 21 Mei 2015 |
Ada sekuntum rindu yang mesti kau semai
Ia kunamakan wasiat
tak arif jika kau melaknat
Janganlah bercerai hati dan jiwa; empati dan cinta
Di dunia yang kan kau reguk, nak
Ada segelas puisi yang ku ramu
Mesti kau aduk lagi
Dengan sendok kesetiaan
Hingga memerah pada keberanian
Pergilah
Temukan lagi wasiatku yang tercecer itu, nak!
Kisaran, 21 Mei 2015
Wednesday, May 20, 2015
JALAN KITA
Kelak di jalan-jalan yang kau temui, nak
Bisa saja akan menjadi duri atau kaca
Tapi jangan gentar, nak!
Tanya hatimu
Mengadu pada Tuhanmu
Bersebab bahagia mesti begitu
Kisaran, 20 Mei 2015
Wednesday, May 6, 2015
Salam
PADAMU KELAK
ZAKIYAH (ZA) |
Senja yang ingin kau bangun purwarupa
Hendaklah kau catatakan sejenak
Seperti kicauan burung hingga malam tiba
Di tepi danau cuaca
Biar ia menjadi sejarah pada masa
Atau menjadi uswah yang tak pernah padam rasa
Padamu kelak,
Duhai jingga
Kan kau temukan rona yang pernah kau paparkan
Betapa rindu di sini kutanam
Pada setiap catatan yang tergoreskan
Kisaran, Asahan- Jl. Dasawisma. Mei 2015
KAHFI & ALUL |
BUNDA |
Subscribe to:
Posts (Atom)